Surat
untuk Lembaga Penyiaran Indonesia
Mungkin, faktor keuangan atau faktor
bayaran sehingga penyiaran acara televisi saat ini banyak yang jauh dari kata
pendidikan. Bisa juga hanya mementingkan sebagian kelompok semata. Sorry, he
he. . . saya mengawali obrolan dengan keluhan. Saya seorang mahasiswa di suatu
Universitas di Jogja. Saya tidak mempunyai “tivi” di kos bukan bermaksud agar
dibeliin, tetapi karena memang saya design di kos saya tidak saya beri “tivi”
agar saya fokus dalam study. Saya biasa “mudik” atau pulang ketemu keluarga seminggu
sekali karena jarak rumah dari jogja relatif dekat. Nah, kalau di rumah saya
biasanya menyempatkan untuk menonton “tivi” sambil istirahat atau bercengkrama
dengan keluarga. Tetapi, akhir-akhir ini saya merasa sudah tidak ada lagi acara
“tivi” yang berkualitas dan mendidik untuk semua kalangan. Semisal saja, pada
jam-jam habis magrib itu acara-acara di “tivi” sudah diwarnai dengan sinetron
tentang perkelahian, kungfu, anak jalanan yang selalu berantem dan lain-lain.
Bukan apa-apa sih,,, hanya kalau ditonton oleh anak-anak yang masih kecil, itu
pasti memberikan dampak yang kurang baik. Apalagi anak kecil itu polos, dan
mudah menerima atau mempraktekan apa yang dia lihat. Mereka bisa saja menirukan
adegan perkelahian, adegan berantem dengan teman sekolah, adegan kebut-kebutan hingga
termotivasi, terobsesi untuk bercita-cita yang aneh-aneh. Semisal anak tetangga
saya pernah cerita kalau dewasa kelak dia bercita-cita akan beli motor dan akan
menggunakan nya untuk kebut-kebutan dijalan. Nah, apa pendapat anda dengan
kalimat yang sudah terucap dari si anak kecil itu ?. bukan saya mengada-ngada,
tetapi miris-semiris mirisnya kan? kan ??
Saya pribadi memang jarang menonton
“tivi” di jogja, karena kuliah, banyak tugas dan kalau pulang kos saya gunakan
untuk istirahat dan nugas. Walau
begitu alhamdulillah saya tidak tertinggal informasi karena saya hobi baca
koran dan aktif internet. Memang “tivi” itu bagi sebagian besar orang tidak
bisa ditinggalkan karena sudah dianggap sebagai hiburan dan sarana tontonan
yang murah. Saya memang dulunya penggemar “tivi” atau televisi, karena saya
suka dengan kartun-kartun yang dulu sering tayang, seperti Teletubis, Tamia,
Subasa, Dora, dan lain-lain. Tetapi, menurut saya acara untuk anak-anak itu
sekarang sudah tidak ada lagi. Apa mungkin sudah tergusur oleh acara yang
perang, berantem dan perkelahian itu ya ? ya, kalau tidak percaya, anda tonton
“tivi” anda pada jam habis magrib. Anda bisa lihat di chanel MN*Tv, R*TI, dan
lain-lain. Itu adeganya kebanyakan menayangkan tentang jagoan yang suka gelut atau berkelahi. (ngelus dada).
Hey Tau ga ? acara “tivi” pun
Indonesia juga Impor lho ,, , J Walau bukan penyuka sinetron, tetapi
saya kadang merasa bingung dengan sinetron yang tayang, kok sekarang banyak sinetron luar negeri yang tayang “tivi”, dari
India lah, dari Turki lah dan lain sebagainya. Saya merasa apa Industri
sinetron di Indonesia sudah tidak ada lagi yang bisa menelurkan suatu acara
yang bisa mendidik dan memajukan pemikiran semua kalangan, semua masyarakat di
Indonesia ?
Maaf-maaf kata, Ya pada intinya saya menyoroti
kepada penyelenggara, pembuat acara dan juga pengawas acara-acara televisi di
Indonesia, bahwa acara “tivi” saat ini sudah banyak yang jauh dari kata
mendidik, sudah jauh dari kata mencerdaskan. Mari kita bersama-sama, saling
memberi masukan agar dunia pertelevisian Indonesia bisa lebih baik serta lebih
memberikan banyak manfaat bagi yang menontonnya.
Ya... yang saya takutkan adalah generasi Indonesia
tercinta kelak bisa hancur hanya karena tontonan televisi.
Saya pribadi banyak minta maaf kalau tulisanya amburadul tidak tertata dan menyinggung
pihak-pihak terkait. Itu saya lakukan karena saya merasa miris dan dengan Blog
inilah saya menyampaikan pengalaman saya. Sekian surat Informal ini dan see
you, , ,
Gunawan
Budi Utomo
5544DF27
No comments:
Post a Comment