Pages

Monday, 14 December 2015

Surat untuk Lembaga Penyiaran Indonesia



Surat untuk Lembaga Penyiaran Indonesia

Mungkin, faktor keuangan atau faktor bayaran sehingga penyiaran acara televisi saat ini banyak yang jauh dari kata pendidikan. Bisa juga hanya mementingkan sebagian kelompok semata. Sorry, he he. . . saya mengawali obrolan dengan keluhan. Saya seorang mahasiswa di suatu Universitas di Jogja. Saya tidak mempunyai “tivi” di kos bukan bermaksud agar dibeliin, tetapi karena memang saya design di kos saya tidak saya beri “tivi” agar saya fokus dalam study. Saya biasa “mudik” atau pulang ketemu keluarga seminggu sekali karena jarak rumah dari jogja relatif dekat. Nah, kalau di rumah saya biasanya menyempatkan untuk menonton “tivi” sambil istirahat atau bercengkrama dengan keluarga. Tetapi, akhir-akhir ini saya merasa sudah tidak ada lagi acara “tivi” yang berkualitas dan mendidik untuk semua kalangan. Semisal saja, pada jam-jam habis magrib itu acara-acara di “tivi” sudah diwarnai dengan sinetron tentang perkelahian, kungfu, anak jalanan yang selalu berantem dan lain-lain. Bukan apa-apa sih,,, hanya kalau ditonton oleh anak-anak yang masih kecil, itu pasti memberikan dampak yang kurang baik. Apalagi anak kecil itu polos, dan mudah menerima atau mempraktekan apa yang dia lihat. Mereka bisa saja menirukan adegan perkelahian, adegan berantem dengan teman sekolah, adegan kebut-kebutan hingga termotivasi, terobsesi untuk bercita-cita yang aneh-aneh. Semisal anak tetangga saya pernah cerita kalau dewasa kelak dia bercita-cita akan beli motor dan akan menggunakan nya untuk kebut-kebutan dijalan. Nah, apa pendapat anda dengan kalimat yang sudah terucap dari si anak kecil itu ?. bukan saya mengada-ngada, tetapi miris-semiris mirisnya kan?  kan ??
Saya pribadi memang jarang menonton “tivi” di jogja, karena kuliah, banyak tugas dan kalau pulang kos saya gunakan untuk istirahat dan nugas. Walau begitu alhamdulillah saya tidak tertinggal informasi karena saya hobi baca koran dan aktif internet. Memang “tivi” itu bagi sebagian besar orang tidak bisa ditinggalkan karena sudah dianggap sebagai hiburan dan sarana tontonan yang murah. Saya memang dulunya penggemar “tivi” atau televisi, karena saya suka dengan kartun-kartun yang dulu sering tayang, seperti Teletubis, Tamia, Subasa, Dora, dan lain-lain. Tetapi, menurut saya acara untuk anak-anak itu sekarang sudah tidak ada lagi. Apa mungkin sudah tergusur oleh acara yang perang, berantem dan perkelahian itu ya ? ya, kalau tidak percaya, anda tonton “tivi” anda pada jam habis magrib. Anda bisa lihat di chanel MN*Tv, R*TI, dan lain-lain. Itu adeganya kebanyakan menayangkan tentang jagoan yang suka gelut  atau berkelahi. (ngelus dada).
Hey Tau ga ? acara “tivi” pun Indonesia juga Impor lho ,, , J Walau bukan penyuka sinetron, tetapi saya kadang merasa bingung dengan sinetron yang tayang, kok sekarang banyak sinetron luar negeri yang tayang “tivi”, dari India lah, dari Turki lah dan lain sebagainya. Saya merasa apa Industri sinetron di Indonesia sudah tidak ada lagi yang bisa menelurkan suatu acara yang bisa mendidik dan memajukan pemikiran semua kalangan, semua masyarakat di Indonesia ?
Maaf-maaf kata, Ya pada intinya saya menyoroti kepada penyelenggara, pembuat acara dan juga pengawas acara-acara televisi di Indonesia, bahwa acara “tivi” saat ini sudah banyak yang jauh dari kata mendidik, sudah jauh dari kata mencerdaskan. Mari kita bersama-sama, saling memberi masukan agar dunia pertelevisian Indonesia bisa lebih baik serta lebih memberikan banyak manfaat bagi yang menontonnya.
Ya... yang saya takutkan adalah generasi Indonesia tercinta kelak bisa hancur hanya karena tontonan televisi.
Saya pribadi banyak minta maaf kalau tulisanya amburadul tidak tertata dan menyinggung pihak-pihak terkait. Itu saya lakukan karena saya merasa miris dan dengan Blog inilah saya menyampaikan pengalaman saya. Sekian surat Informal ini dan see you, , ,
Gunawan Budi Utomo
5544DF27

No comments:

Post a Comment