SURAT TERUNTUK BPOM
INDONESIA, KHUSUSNYA BPOM JOGJA
Pengalaman
saya melihat sesuatu yang seharusnya itu tidak patut dilakukan. Apa itu ? itu
adalah mengenai ES. Ada apa dengan ES ? adakah yang salah dengan ES ? memangnya
kenapa Es yang dingin dan menyejukkan saat hari sedang panas itu?. ES itu
menurut saya tidak salah dan bukan
tersangka utama. Tetapi orang (oknum) yang tidak bertanggungjawab lah pelaku
atau tersangka utamanya. Nah kenapa ?
Begini ceritanya, hampir setiap pagi
saya pergi ke kampus melewati jalan Kusumanegara Jogja, untuk kuliah. Saya
kadang melihat, bahkan bisa dikatakan sering melihat penjual (penyetor) ES ke
warung-warung makan atau restoran yang dalam proses jual belinya (penyetorannya)
ES itu jauh dari kata higenis. Betapa tidak, ES yang mereka jual adalah ES
balok yang seharusnya itu digunakan untuk mengawetkan ikan atau daging. ES
balok balok itu pun sepengetahuan saya (saya baca-baca dimedia dan internet)
itu dalam pembuatannya pun sangat tidak higenis karena juga diinjak-injak Sikil (sikil dalam bahasa Indonesia
artinya KAKI). Lebih parahnya lagi, mereka (sang penyetor ES ke warung-warung
makan) menaruh ES-ES itu di tempat yang (aduh) kotor banget. Bukan bermaksud
saya sok bersih bukan, tetapi bayangkan, ES-ES itu oleh sang penyetor ditaruh
di bak mobil pik up, dibak motor yang roda tiga itu yang mana ditutupi terpal
ala kadarnya, bayangpun terpal men penutupnya,, apa ga menstream itu ? bahkan
saya pernah menjumpai ada penyetor yang menggunakan keranjang ala kadarnya
untuk mendistribusikan ES-ES itu ke tujuan. Pernah saya iseng mengamati
bagaimana cara ES itu sampai ke pemilik warung makan. Terkejutlah saya, saat
melihat sang penyetor mengerjakan tugasnya. Sang penyetor biasanya menghantikan
kendaraanya di dekat warung makan tujuannya. Kemudian, mengambil alat mirip
gancu, atau mirip besi panjang dan membawa ember. Lalu, membuka terpal dan
dengan besi itu tadi sang penyetor memukul balok ES yang dia bawa hingga pecah
berkeping-keping. Saya lihat banyak ES hancur dan berserakan di bak mobil.
Selanjutnya, sang penyetor mengumpulkan dan mewadahkan diember tadi dan
kemudian di berikan kepada si pemilik warung makan. Itu lah yang saya amati,
bukan mengada-ngada dan bukan membuat-buat cerita bohong, tetapi itulah
pengamatan saya. Itu baru di sekitar Jalan Kusumanegara, belum lagi di tempat
lain, pasti anda pun juga pernah melihat apa yang saya lihat. Bahkan mungkin
anda juga pernah melihat kejadian atau memiliki pengalaman mengenai ES yang
lebih miris. Seperti saat kita beli ES teh di warung makan, kita minum es teh
itu sampai habis tapi prongkolan es
masih tersisa di dalam gelas, dan ternyata sama si penjual es itu tidak dibuang
tetapi dicuci dan digunakan lagi untuk bikin es teh atau es jeruk untuk pembeli
lain. Ihhhhh..... mungkin kedengarannya menggelikan tetapi itu nyata dan ada
oknum penjual yang tidak bertanggungjawab. (ya semoga aja oknum seletah baca
ini jadi insyaf).
ES
memang menyegarkan, ES memang obat saat dahaga yang mengenakkan, ES memang penyegar
disaat hari sedang panas dan terik. Tetapi keluh kesah dan pengalaman pribadi
saya ini, bisa pembaca jadikan pelajaran dan waspada serta berhati-hati dalam
membeli ES, baik itu es teh, es jeruk dan lain-lain. Memang sih saat habis minum es teh atau es
jeruk yang es-nya belum tentu terjamin kehigenisannya itu kita tidak langsung
mati, kita tidak langsung sakit. Tetapi dalam jangka panjang itu sangat
berbahaya. Ya khususnya untuk mahasiswa-mahasiswi yang sering nge-ES, saya
menyarankan untuk selektif, nggih. Karena warung makan seperti Burjonan itu
erat kaitannya dengan mahasiswa, apalagi di jogja.
Pada
intinya, saya bukan bermaksud memojokkan atau menjelek-jelekkan salah satu
pihak, tetapi saya bermaksud berbagi pengalaman melalui cerita ini, agar semua
lebih introspeksi dan selektif dalam memilih ES. Ya, bagi penyetor ES, bisa lah
menggunakan kendaraan yang lebih pantas misal menggunakan mobil terputup yang
tidak harus menutup es dengan terpal dan bisa juga ES sudah dalam keadaan
terbungkus dalam pembuatannya tidak berupa ES balok yang itu seharusnya untuk
pengawet ikan dan daging. Bagi pemilik warung makan pun, ayolah... jangan
mikirin untung semata,,, tetapi pikirkan kesehatan pelanggan anda juga, oke.
Jangan lah ES yang kotor itu dihidangkan untuk pelanggan setia.
Sekali
lagi saya pribadi memohon maaf apabila menyinggung suatu pihak. Saya hanya
berbagi pengalaman bukan mengada-ngada, bahkan anda (khusunya BPOM JOGJA) bisa
cek sendiri dari mana es –es di warung makan itu berasal dan bagaimana proses
pendistribusiannya hingga sampai tujuan. Karena sebagian besar warung makan itu
tidak mempunyai “kulkas” dan pastilah membeli ES dari penyetor ES.
Semoga
semua pihak lekas sadar akan pentingnya kesehatan bukan keuntungan semata.
GUNAWAN BUDI UTOMO
5544DF27
No comments:
Post a Comment