Subscribe:

Ads 468x60px

Monday, 14 December 2015

SURAT TERUNTUK BPOM INDONESIA, KHUSUSNYA BPOM JOGJA



SURAT TERUNTUK BPOM INDONESIA, KHUSUSNYA BPOM JOGJA
Pengalaman saya melihat sesuatu yang seharusnya itu tidak patut dilakukan. Apa itu ? itu adalah mengenai ES. Ada apa dengan ES ? adakah yang salah dengan ES ? memangnya kenapa Es yang dingin dan menyejukkan saat hari sedang panas itu?. ES itu menurut saya tidak  salah dan bukan tersangka utama. Tetapi orang (oknum) yang tidak bertanggungjawab lah pelaku atau tersangka utamanya. Nah kenapa ?
Begini ceritanya, hampir setiap pagi saya pergi ke kampus melewati jalan Kusumanegara Jogja, untuk kuliah. Saya kadang melihat, bahkan bisa dikatakan sering melihat penjual (penyetor) ES ke warung-warung makan atau restoran yang dalam proses jual belinya (penyetorannya) ES itu jauh dari kata higenis. Betapa tidak, ES yang mereka jual adalah ES balok yang seharusnya itu digunakan untuk mengawetkan ikan atau daging. ES balok balok itu pun sepengetahuan saya (saya baca-baca dimedia dan internet) itu dalam pembuatannya pun sangat tidak higenis karena juga diinjak-injak Sikil (sikil dalam bahasa Indonesia artinya KAKI). Lebih parahnya lagi, mereka (sang penyetor ES ke warung-warung makan) menaruh ES-ES itu di tempat yang (aduh) kotor banget. Bukan bermaksud saya sok bersih bukan, tetapi bayangkan, ES-ES itu oleh sang penyetor ditaruh di bak mobil pik up, dibak motor yang roda tiga itu yang mana ditutupi terpal ala kadarnya, bayangpun terpal men penutupnya,, apa ga menstream itu ? bahkan saya pernah menjumpai ada penyetor yang menggunakan keranjang ala kadarnya untuk mendistribusikan ES-ES itu ke tujuan. Pernah saya iseng mengamati bagaimana cara ES itu sampai ke pemilik warung makan. Terkejutlah saya, saat melihat sang penyetor mengerjakan tugasnya. Sang penyetor biasanya menghantikan kendaraanya di dekat warung makan tujuannya. Kemudian, mengambil alat mirip gancu, atau mirip besi panjang dan membawa ember. Lalu, membuka terpal dan dengan besi itu tadi sang penyetor memukul balok ES yang dia bawa hingga pecah berkeping-keping. Saya lihat banyak ES hancur dan berserakan di bak mobil. Selanjutnya, sang penyetor mengumpulkan dan mewadahkan diember tadi dan kemudian di berikan kepada si pemilik warung makan. Itu lah yang saya amati, bukan mengada-ngada dan bukan membuat-buat cerita bohong, tetapi itulah pengamatan saya. Itu baru di sekitar Jalan Kusumanegara, belum lagi di tempat lain, pasti anda pun juga pernah melihat apa yang saya lihat. Bahkan mungkin anda juga pernah melihat kejadian atau memiliki pengalaman mengenai ES yang lebih miris. Seperti saat kita beli ES teh di warung makan, kita minum es teh itu sampai habis tapi prongkolan es masih tersisa di dalam gelas, dan ternyata sama si penjual es itu tidak dibuang tetapi dicuci dan digunakan lagi untuk bikin es teh atau es jeruk untuk pembeli lain. Ihhhhh..... mungkin kedengarannya menggelikan tetapi itu nyata dan ada oknum penjual yang tidak bertanggungjawab. (ya semoga aja oknum seletah baca ini jadi insyaf).
ES memang menyegarkan, ES memang obat saat dahaga yang mengenakkan, ES memang penyegar disaat hari sedang panas dan terik. Tetapi keluh kesah dan pengalaman pribadi saya ini, bisa pembaca jadikan pelajaran dan waspada serta berhati-hati dalam membeli ES, baik itu es teh, es jeruk dan lain-lain. Memang sih saat habis minum es teh atau es jeruk yang es-nya belum tentu terjamin kehigenisannya itu kita tidak langsung mati, kita tidak langsung sakit. Tetapi dalam jangka panjang itu sangat berbahaya. Ya khususnya untuk mahasiswa-mahasiswi yang sering nge-ES, saya menyarankan untuk selektif, nggih. Karena warung makan seperti Burjonan itu erat kaitannya dengan mahasiswa, apalagi di jogja.
Pada intinya, saya bukan bermaksud memojokkan atau menjelek-jelekkan salah satu pihak, tetapi saya bermaksud berbagi pengalaman melalui cerita ini, agar semua lebih introspeksi dan selektif dalam memilih ES. Ya, bagi penyetor ES, bisa lah menggunakan kendaraan yang lebih pantas misal menggunakan mobil terputup yang tidak harus menutup es dengan terpal dan bisa juga ES sudah dalam keadaan terbungkus dalam pembuatannya tidak berupa ES balok yang itu seharusnya untuk pengawet ikan dan daging. Bagi pemilik warung makan pun, ayolah... jangan mikirin untung semata,,, tetapi pikirkan kesehatan pelanggan anda juga, oke. Jangan lah ES yang kotor itu dihidangkan untuk pelanggan setia.
Sekali lagi saya pribadi memohon maaf apabila menyinggung suatu pihak. Saya hanya berbagi pengalaman bukan mengada-ngada, bahkan anda (khusunya BPOM JOGJA) bisa cek sendiri dari mana es –es di warung makan itu berasal dan bagaimana proses pendistribusiannya hingga sampai tujuan. Karena sebagian besar warung makan itu tidak mempunyai “kulkas” dan pastilah membeli ES dari penyetor ES.
Semoga semua pihak lekas sadar akan pentingnya kesehatan bukan keuntungan semata.

GUNAWAN BUDI UTOMO
5544DF27

No comments:

Post a Comment