Assalamu’alaikum kawan
Jumpa lagi dengan aku, Gunawan Budi Utomo
Nah, kali ini aku akan bercerita mengenai
perjalanan ku ke kota Banjarnegara kemudian dilanjut ke kota Cilacap.
Sebelumnya aku mau cerita kenapa bisa ke dua kota
itu padahal aku tidak mempunyai saudara di kota itu. Awalnya aku KKN (mr x : “lhoh
kok malah cerita KKN” ) he he sebentar bro,. Jadi gini, aku KKN bulan Oktober
sampai bulan Desember pertengahan, dan dapat lokasi KKN di Masjid Ar Rozaq
Tegalasri Sewon Bantul. Setelah berjalan 2 bulan, selesai, dan KKN kelar. Tetapi
aku masih disuruh main ke rumah pak takmir Masjid Ar-Rozaq itu. Ya aku sih
senang-senang aja, Alhamdulillah banget malahan
bisa silaturahmi ke rumah beliau. Alkhamdulillah akrab juga dengan pak
Takmir. Nah, pas liburan sekolah kemarin, aku disuruh mengantar keluarga pak
Takmir itu ke kampung halamannya ke Banjarnergara, ya mungkin karena bapaknya
tau aku bisa bawa mobil kali ya. Ya alkhamdulillah menurutku, bisa jalan-jalan
plus bisa mengetahui budaya, religi, dan lingkungan kota tujuan. Jadi begitu bro
cerita awal mengapa bisa ke Banjarnegara
Jawa Tengah itu.
Cuss…… kembali ke Topik, Perjalanan dimulai
tanggal 30 Desember 2015, dan waktu itu aku masih ada di Jogja, karena masih
mengurusi responsi KKN, Alhamdulillah kelar jam 12 siang. Kemudian perpisahan
dan makan-makan dengan teman-teman KKN. Karena ada janji mau ngantar pak
Takmir, langsung saja aku pulang ke Wonosari untuk mengambil mobil. Ya tepatnya
mobil bapak sih he he, mobilnya Kijang Merah. Alkhamdulillah bapak juga
ngijinin. Yaa do’ain aja ya aku bisa segera memiliki mobil mewah sendiri dan
tetap dermawan ya, ya doa’in ya Para pembaca yang super,, amin amin amin…. Lanjut
cerita,,, Sampai di rumah pak Takmir jam 5 sore. Langsung saja barang-barang
masuk mobil dan berangkatlah kami [[aku, pak takmir, istrinya paktakmir, dan ke
tiga anaknya : Hani (MHS smstr 3), Nada (SMP kls 1), Afif (TK) ]]. Walau ada
dek Hani yang (ya masih gadis) tapi aku tidak ngobrol hlo, Jaim donk,,, he he….
Perjalanan ini merupakan pengalaman awal ku ngedrive bersama suatu keluarga yang belum sepenuhnya aku kenal, dan mereka
pun (aku yakin) juga belum sepenuhnya mengenal ku. Tapi no problem. Bismillahirrohmanirrohim saya berdoa dan tetap focus membawa
mobil dengan aman. Aku lewatkan jalan ringroad barat, kemudian masuk daerah
Jombor Sleman, kemudian keutara melewati jalan Magelang. Alkhamdulillah jalan
tidak terlalu macet, cukup ramai tetapi tetap lancar. Setelah itu, belok kiri
melewati jalan Borobudur. Nah di jalan ini yang aku belum paham dan untungnya
pak Takmir (pak Edi) tau jalan dan menjadi penunjuk jalan hingga sampai di
tujuan yaitu Banjardegara tepatnya desa Kandangwangi. O iya, perjalananya tidak
semulus yang dikira lho. Uhhhhhhhhhh,,,,,, jalannya setelah keluar dari jalan
Borobudur tadi,,, sangat ekstrim, dan gelap gulita. Jalannya tu berlubang,
lubangnya pun dalam-dalam, membuat mobil tidak bisa dipacu dengan wusss
wusss, he he. Ya terbiasa jalan di Jogja
atau di DIY mulus, kemudian melihat dan melalui jalan itu kaget. Tetapi tidak
apa apa, it’s ok. Kami sampai di kota Banjarnegara sekitar pukul 10 malam dan
melewati alun-alun kota tersebut. Alun-alun nya bagus banget, banyak
lampu-lampu dan kotanya cukup ramai. Tetapi kami tidak mampir ataupun berhenti,
kami lanjut perjalanan menuju rumah (kampung halaman) pak Takmir. Alkhamdulillah
sampai tujuan sekitar pukul 11 malam. Lalu kami angkati barang-barang dari
mobil kerumah orang tua pak Edi dan bu Edi. Keluarga disana sangat Welcome dan menyambut dengan ramah. Tak lupa
aku minta izin untuk wudhu dan solat, Karena sepanjang perjalanan belum solat Magrib
dan Isya. Setelah itu aku istirahat di kamar yang disediakan. Cukup nyaman, dan
lingkungannya hening.
Cerita Hari Pertama Di Banjarnegara (desa
KangangWangi) 31 Des 2015
Pagi hari aku bangun jam (yaaa sekitar) 5 pagi. Aku
wudhu dan solat subuh. Setelah itu ketemu bu Edi (istrinya pak Takmir). “Pripun
mas capek ya, bisa tidur tidak semalam ? sini ikut kami di dekat dapur wedangan
mas biar nyantai juga” kata ibuk. “alkhamdulillah saged tidur buk, nggih buk”
kataku. Langsung saja aku ke dekat dapur, disana ada seperti meja makan
sederhana yang tertata rapi. Aku menemukan budaya unik dilingkungan (didesa
ini). Katanya kalau disini (desa Kandangwangi) biasanya menyambut tamu dekat /
tamu yang sudah akrab itu justru di dapur, bukan di ruang tamu walau ada ruang
tamu di rumah itu. Cukup unik aku rasa. Kata pak Edi agar lebih akrab dan bisa
langsung makan hidangan yang masih hangat dari penggorengan. Di lokasi itu,
bahasa yang digunakan adalah bahasa “NGAPAK” . jujur saja aku belum terbiasa
dengan bahasa ngapak, ya pernah dengar sihh, tapi tidak terlalu sering. Aku menahan
ketawa sebetulnya setiap kali mbah atau saudara disana pada ngobrol, karena
unik, dan saya makin respect dengan
bahasa itu. Sip pokoknya…. Hari makin siang, aku pun keluar rumah melewati
pintu belakang menuju pekarangan rumah itu.
Keadaan lingkungan disana seperti pedesaan pada umumnya, tetapi
menurutku disana tanahnya lebih subur, karena aku lihat disana ada pohon duku,
durian, papaya ,pisang, ketela bahkan ada tanaman salak juga. Di sana ada kolam
ikan juga. Waaaa sip pokoknya, dan ternyata dibelakang saya ada pak Edi yang
ngikutin. “gimana mas lingkungan disini” katanya. “nyaman pak, sejuk, banyak
tanaman, mirip kaya dirumah saya ,Wonosari” jawab ku. Di Desa Kandangwangi ini
saya menemukan keramahan khas desa, saat berpapasan dengan warga sekitar dan
bertegur sapa. Jalan jalan aku lanjutkan ke depan rumah dan aku melihat jejeran
rumah tertata rapi di desa itu. Desa yang sungguh rapi. Aku masuk lagi ke rumah
dan menuju dapur lagi, duduk dan ngobrol dengan keluarga disana. Ternyata yang
asli disitu (dari daerah itu) bukan pak Edi, tetapi istrinya. Bu Edi asli
Banjarnegara, anak nomor 4 dari 4 bersaudara (anak terakhir), kakak bu Edi
perempuan semua, orang tua bu Edi alkhamdulillah masih ada semua. Kakak kakak
bu Edi tinggal di sekitar rumah orangtuanya, hanya bu Edi yang merantau ke
Jogja. Semua berbahasa ngapak disana. Saat ngobrol-ngobrol di dapur, Dek Hani
(anak perempuan pak Edi yang pertama) masak nasi goreng untuk sarapan dan aku juga
melihat mbah (mbah uti) nglinting rokok, aku pikir untuk mbah kakung (kakek)
ternyata untuk mbah uti sendiri. Mbah uti ngrokok ternyata. aku di beritahu bu
Edi, katanya disini memang budayanya merokok, baik perempuan ataupun laki-laki.
Sunggh budaya yang unik dan merupakan kekayaan budaya Indonesia. Setelah sarapan,
aku menemani dek Afif (anaknya pak edi yang terakhir) ngasih makan kambing. Dek
Afif seneng banget, mungkin karena di Jogja tidak ada / jarang yang memiliki
kambing kali ya. Setelah itu, aku istirahat dan mandi. Herrrrrrrrrrrrrrzzzz,,,,
air disana dingin broo….. tetapi justru segernya disitu, he he… setelah mandi dan
ganti baju, aku dipanggil pak Edi, disuruh bantuin ngerjain tugasnya dek Hani
menyelesaikan (membuat) Modul matematika. Aku bantu dan alkhamdulillah lancar
membuat modulnya, tahap demi tahap. Sambil ngerjain, aku ditanya –tanya dek
Hani, yaaa kami ngobrol-ngobrol. Ya karna di perjalanan atau pas di mobil
memang aku tidak ngobrol sama dia, he he Jaim donk. Ternyata dek Hani asyik
juga ya diajak ngobrol. Sore nya istirahat dulu dan rencana jalan-jalan ke
taman teletubis dan waduk Serayu (objek wisata di dekat desa itu). Tetapi ternyata
hujan lebat sore itu, jadi tidak jadi ke sana dan hanya dirumah.
Malam Tahun Baru
Nah, saat malam tahun baru pun tetap dirumah dan ngobrol-ngobrol sama
saudara-saudara disana. Malam tahun baru itu, kami tidak merencanakan
jalan-jalan, karena jum’at nya kami akan perjalanan ke Cilacap. Agenda Hari Jum’at
tanggal 1 januari 2016 yaitu mengantar mas Tabah (anaknya kakaknya bu Edi)
Lamaran ke Cilacap. Malam itu dirumah banyak saudara-saudara yang ngumpul dan
mempersiapkan barang-barang untuk prosesi lamaran. Malam semakin malam kami pun
istirahat.
Tanggal 1 Januari 2016
Happy New Year
He he
Pagi itu aku bangun jam 4 kurang dikit, pas azan
Subuh, aku langsung ke tempat wudhu dan langsung ke masjid di desa itu,
alkhamdulillah tidak terlalu jauh. Subuh berjamaah di masjid itu, aku lupa nama
masjid disana lupa tidak aku foto, he he. O iya aku belum cerita ya mengenai
kebudayaan religi disana. Nah, aku menemukan hal unik menarik disana. Di desa
itu, yang sering solat berjamaah di masjid kebanyakan mbah-mbah, dan titik
uniknya (bagi aku unik) yaitu pakean mbah-mbah itu semua hampir sama. Berpeci,
baju koko putih,dan bersarung, plus memakai sorban yang melingkar dileher. Semua
begitu cara berpakaian jamaah disana. Seperti pesantren gitu…. Salut deh
mbah-mbah itu, (mr X : “pemudanya kemana ?”). sepengamatan saya disana, para
pemuda jarang di desa itu, setelah tanya-tanya pak Edi, ternyata disana pemuda
kebanyakan merantau ke Jakarta setelah lulus SMA. Makanya jarang banget
pmudanya. Nah, setelah subuh, aku mandi dan ganti baju pakai batik, karena mau
nganter lamaran. Lalu tak lupa packing
karena akan bablas pulang ke Jogja. Setelah semua siap aku menuju mobil masukin
barang-barang dan manasin mobil sebelum perjalanan jauh. Sekitar pukul 8, pak
Kades, Pak Dukuh, keluarga terdekat datang ke rumah mas Tabah, dan kemudian
memasuki mobil. Ada 4 mobil yang akan mengantarkan lamaran termasuk mobil aku
(iya iya mobil bapak ku, bukan punyaku). Perjalanan ke Cilacap pun dimulai,
emmmmmm lagi-lagi jalannya berlubang, dan ada genangan airnya. Sampai jalan
raya Kebumen, barulah jalan halus mulus. Mobil kijang ini berada di urutan ke 2
agar bisa ngikutin jalan. Ternyata rumah yang akan dilamar daerahnya dekat
pantai Ayah. Dekat banget. (pantai yang pernah aku kunjungi saat kelas 5 SD).
Sampai Di Lokasi Lamaran
Kami tiba di lokasi Lamaran pukul 11 an siang, dan
prosesi lamaran pun di laksanakan karena keburu waktu jum’atan (karena hari itu
hari Jum’at). Kemudian kami yang laki-laki menunaikan solat Jum’at terlebih
dahulu. Barulah dilanjut prosesi lamaran. Didapat kesepakatan pernikahannya
akan diselenggarakan besok Oktober 2016 (saat liburan sekolah). Seletah acara
lamaran kemudian makan-makan. He he sudah lapar jadi maemnya lahab. Semua rangkaian
acara sudah terlewati, rombongan pun pulang, tetapi sebelum pulang kami mampir
di pantai Jetis dan gratis karena orangtuanya perempuan yang dilamar tadi itu kerjanya
di pantai itu. Menurut pengamatan aku (maaf ya) pantainya kotor banget, karena
banyak sampah dimana-mana dan pengelolaanya kurang baik. Kemudian kami akhiri kebersamaan
saat itu dengan rombongan keluarga Banjarnegara, karena kami (mobil kami) tidak
ke Banjarnegara lagi tetapi langsung pulang ke Jogja. Kami melewati jalan yang
berbeda. Saat akan pulang, ternyata kami sempatkan ke pantai satunya yaitu
pantai Ayah. Nah pantainya beda banget keadaanya dengan waktu kunjungan ku saat
aku SD dulu. Lebih bagus sekarang. Kami naik kapal keliling pantai. He he itu
sebenernya nuruti permintaan dek Afif dan dek Nada. Setelah puas kami pun
melanjutkan perjalanan pulang ke Jogja.
Road from Tegalasri Bantul to Kandangwangi Wanadadi |
Pulang Ke Jogja
Nah, giliranku focus lagi berkendara. Kami berangkat
dari pantai Ayah sekitar jam 5 sore melewati jalan tembus (melewati
gunung-gunung). Dan tembus di jalan Dendles. Sepanjang perjalanan pulang semua
penumpang tidur. Pak edi tidur, ibuk juga tidur, dek Hanifah Nur’aini, dek
Nada, Dek Afif juga tidur, mungkin kecapen kali ya,,, jalan yang kami lalui ini
cukup bagus, berbeda saat dari banjar tadi. Kali ini aspalnya tidak banyak yang
berlubang. Kemudian kami transit untuk solat dan makan. Sesampainya di daerah
kulonprogo, ada ruas jalan yang banyak warganya, banyak orang berkerumun, ada
ambulan, ada mobil Derek, aku pikir ada apa,. Ternyata ada kecelakaan disana,
aku melihat mobil Avansa terguling dan ringsek bagian mobil samping dan depan. Aku
merasa ngeri melihatnya dan membayangkan keadaan orang didalam mobil itu,
langsung saja kami Melanjutkan perjalanan dan tiba di jogja sekitar jam
setengah 11 malam. Tiba dirumah pak Edi dan kami langsung menurunkan barang-barang.
Alkhamdulillah …. Aku panjatkan pada Allah SWT, karena diberi keselamatan
sampai balik lagi. Kemudian aku pamit pulang, walau sudah malam aku tetap niat
pulang ke Wonosari. Padahal disediakan kamar di rumah pak Edi suruh nginep. Tetapi
aku tidak enak, kalau nginep disana. Karena pak Edi punya anak perempuan (ya
gadis gitu) umurnya selisih 2 tahun sama aku ( 2 tahun lebih muda), itu dek
Hani itu, yaa jadi aku tidak enak aja. Jadi aku pamit pulang, ngeeeeeeng cusss
wonosari. 1 jam kemudian sampai rumah.
SAmpai Rumah
Saat sampai rumah, aku tau bapak ibuk ku sudah
tidur dan tidak tega membangunkan mereka, jadi 100 meter sebelum sampai garasi
mobil, aku matikan mesin agar tidak berisik, jadi ngeglinding gitu, karena
kebetulan jalannya turun. Lalu masuk deh ke garasi dengan aman dan tidak
berisik. Aku buka semua jendela mobil, aku lurusin jog mobil dan tidur deh di
dalam mobil sampai pagi.
Itu cerita ku gaes
Asyik kan jalan-jalan jauh, walau tidak ada
saudara di kota tujuan
Bismillah semoga silaturahmi dengan keluarga pak
Edi tetap tersambung, amiiin….
Yuk jalan-jalan bersama aku
Hubungi :
IG : Gunawanbudi_utomo
BBM : d26603bf
WA : 087738119247
Email : Hernandesgunawan@gmail.com
FB : Gunawan Budi
No comments:
Post a Comment