Pages

Monday, 4 January 2016

Waw, Jalan-jalan ku terlama, yaitu jalan-jalan selama 1 tahun

Assalamu’alaikum kawan
Jumpa lagi dengan aku, Gunawan Budi Utomo
Nah, kali ini aku akan bercerita mengenai perjalanan ku ke kota Banjarnegara kemudian dilanjut ke kota Cilacap.
Sebelumnya aku mau cerita kenapa bisa ke dua kota itu padahal aku tidak mempunyai saudara di kota itu. Awalnya aku KKN (mr x : “lhoh kok malah cerita KKN” ) he he sebentar bro,. Jadi gini, aku KKN bulan Oktober sampai bulan Desember pertengahan, dan dapat lokasi KKN di Masjid Ar Rozaq Tegalasri Sewon Bantul. Setelah berjalan 2 bulan, selesai, dan KKN kelar. Tetapi aku masih disuruh main ke rumah pak takmir Masjid Ar-Rozaq itu. Ya aku sih senang-senang aja, Alhamdulillah banget malahan  bisa silaturahmi ke rumah beliau. Alkhamdulillah akrab juga dengan pak Takmir. Nah, pas liburan sekolah kemarin, aku disuruh mengantar keluarga pak Takmir itu ke kampung halamannya ke Banjarnergara, ya mungkin karena bapaknya tau aku bisa bawa mobil kali ya. Ya alkhamdulillah menurutku, bisa jalan-jalan plus bisa mengetahui budaya, religi, dan lingkungan kota tujuan. Jadi begitu bro cerita awal mengapa bisa ke  Banjarnegara Jawa Tengah itu.
Cuss…… kembali ke Topik, Perjalanan dimulai tanggal 30 Desember 2015, dan waktu itu aku masih ada di Jogja, karena masih mengurusi responsi KKN, Alhamdulillah kelar jam 12 siang. Kemudian perpisahan dan makan-makan dengan teman-teman KKN. Karena ada janji mau ngantar pak Takmir, langsung saja aku pulang ke Wonosari untuk mengambil mobil. Ya tepatnya mobil bapak sih he he, mobilnya Kijang Merah. Alkhamdulillah bapak juga ngijinin. Yaa do’ain aja ya aku bisa segera memiliki mobil mewah sendiri dan tetap dermawan ya, ya doa’in ya Para pembaca yang super,, amin amin amin…. Lanjut cerita,,, Sampai di rumah pak Takmir jam 5 sore. Langsung saja barang-barang masuk mobil dan berangkatlah kami [[aku, pak takmir, istrinya paktakmir, dan ke tiga anaknya : Hani (MHS smstr 3), Nada (SMP kls 1), Afif (TK) ]]. Walau ada dek Hani yang (ya masih gadis) tapi aku tidak ngobrol hlo, Jaim donk,,, he he…. Perjalanan ini merupakan pengalaman awal ku ngedrive bersama suatu keluarga yang belum sepenuhnya aku kenal, dan mereka pun (aku yakin) juga belum sepenuhnya mengenal ku. Tapi no problem. Bismillahirrohmanirrohim saya berdoa dan tetap focus membawa mobil dengan aman. Aku lewatkan jalan ringroad barat, kemudian masuk daerah Jombor Sleman, kemudian keutara melewati jalan Magelang. Alkhamdulillah jalan tidak terlalu macet, cukup ramai tetapi tetap lancar. Setelah itu, belok kiri melewati jalan Borobudur. Nah di jalan ini yang aku belum paham dan untungnya pak Takmir (pak Edi) tau jalan dan menjadi penunjuk jalan hingga sampai di tujuan yaitu Banjardegara tepatnya desa Kandangwangi. O iya, perjalananya tidak semulus yang dikira lho. Uhhhhhhhhhh,,,,,, jalannya setelah keluar dari jalan Borobudur tadi,,, sangat ekstrim, dan gelap gulita. Jalannya tu berlubang, lubangnya pun dalam-dalam, membuat mobil tidak bisa dipacu dengan wusss wusss,  he he. Ya terbiasa jalan di Jogja atau di DIY mulus, kemudian melihat dan melalui jalan itu kaget. Tetapi tidak apa apa, it’s ok. Kami sampai di kota Banjarnegara sekitar pukul 10 malam dan melewati alun-alun kota tersebut. Alun-alun nya bagus banget, banyak lampu-lampu dan kotanya cukup ramai. Tetapi kami tidak mampir ataupun berhenti, kami lanjut perjalanan menuju rumah (kampung halaman) pak Takmir. Alkhamdulillah sampai tujuan sekitar pukul 11 malam. Lalu kami angkati barang-barang dari mobil kerumah orang tua pak Edi dan bu Edi. Keluarga disana sangat Welcome dan menyambut dengan ramah. Tak lupa aku minta izin untuk wudhu dan solat, Karena sepanjang perjalanan belum solat Magrib dan Isya. Setelah itu aku istirahat di kamar yang disediakan. Cukup nyaman, dan lingkungannya hening.
Cerita Hari Pertama Di Banjarnegara (desa KangangWangi) 31 Des 2015
Pagi hari aku bangun jam (yaaa sekitar) 5 pagi. Aku wudhu dan solat subuh. Setelah itu ketemu bu Edi (istrinya pak Takmir). “Pripun mas capek ya, bisa tidur tidak semalam ? sini ikut kami di dekat dapur wedangan mas biar nyantai juga” kata ibuk. “alkhamdulillah saged tidur buk, nggih buk” kataku. Langsung saja aku ke dekat dapur, disana ada seperti meja makan sederhana yang tertata rapi. Aku menemukan budaya unik dilingkungan (didesa ini). Katanya kalau disini (desa Kandangwangi) biasanya menyambut tamu dekat / tamu yang sudah akrab itu justru di dapur, bukan di ruang tamu walau ada ruang tamu di rumah itu. Cukup unik aku rasa. Kata pak Edi agar lebih akrab dan bisa langsung makan hidangan yang masih hangat dari penggorengan. Di lokasi itu, bahasa yang digunakan adalah bahasa “NGAPAK” . jujur saja aku belum terbiasa dengan bahasa ngapak, ya pernah dengar sihh, tapi tidak terlalu sering. Aku menahan ketawa sebetulnya setiap kali mbah atau saudara disana pada ngobrol, karena unik, dan saya makin respect dengan bahasa itu. Sip pokoknya…. Hari makin siang, aku pun keluar rumah melewati pintu belakang menuju pekarangan rumah itu.  Keadaan lingkungan disana seperti pedesaan pada umumnya, tetapi menurutku disana tanahnya lebih subur, karena aku lihat disana ada pohon duku, durian, papaya ,pisang, ketela bahkan ada tanaman salak juga. Di sana ada kolam ikan juga. Waaaa sip pokoknya, dan ternyata dibelakang saya ada pak Edi yang ngikutin. “gimana mas lingkungan disini” katanya. “nyaman pak, sejuk, banyak tanaman, mirip kaya dirumah saya ,Wonosari” jawab ku. Di Desa Kandangwangi ini saya menemukan keramahan khas desa, saat berpapasan dengan warga sekitar dan bertegur sapa. Jalan jalan aku lanjutkan ke depan rumah dan aku melihat jejeran rumah tertata rapi di desa itu. Desa yang sungguh rapi. Aku masuk lagi ke rumah dan menuju dapur lagi, duduk dan ngobrol dengan keluarga disana. Ternyata yang asli disitu (dari daerah itu) bukan pak Edi, tetapi istrinya. Bu Edi asli Banjarnegara, anak nomor 4 dari 4 bersaudara (anak terakhir), kakak bu Edi perempuan semua, orang tua bu Edi alkhamdulillah masih ada semua. Kakak kakak bu Edi tinggal di sekitar rumah orangtuanya, hanya bu Edi yang merantau ke Jogja. Semua berbahasa ngapak disana. Saat ngobrol-ngobrol di dapur, Dek Hani (anak perempuan pak Edi yang pertama) masak nasi goreng untuk sarapan dan aku juga melihat mbah (mbah uti) nglinting rokok, aku pikir untuk mbah kakung (kakek) ternyata untuk mbah uti sendiri. Mbah uti ngrokok ternyata. aku di beritahu bu Edi, katanya disini memang budayanya merokok, baik perempuan ataupun laki-laki. Sunggh budaya yang unik dan merupakan kekayaan budaya Indonesia. Setelah sarapan, aku menemani dek Afif (anaknya pak edi yang terakhir) ngasih makan kambing. Dek Afif seneng banget, mungkin karena di Jogja tidak ada / jarang yang memiliki kambing kali ya. Setelah itu, aku istirahat dan mandi. Herrrrrrrrrrrrrrzzzz,,,, air disana dingin broo….. tetapi justru segernya disitu, he he… setelah mandi dan ganti baju, aku dipanggil pak Edi, disuruh bantuin ngerjain tugasnya dek Hani menyelesaikan (membuat) Modul matematika. Aku bantu dan alkhamdulillah lancar membuat modulnya, tahap demi tahap. Sambil ngerjain, aku ditanya –tanya dek Hani, yaaa kami ngobrol-ngobrol. Ya karna di perjalanan atau pas di mobil memang aku tidak ngobrol sama dia, he he Jaim donk. Ternyata dek Hani asyik juga ya diajak ngobrol. Sore nya istirahat dulu dan rencana jalan-jalan ke taman teletubis dan waduk Serayu (objek wisata di dekat desa itu). Tetapi ternyata hujan lebat sore itu, jadi tidak jadi ke sana dan hanya dirumah.
Malam Tahun Baru
Nah, saat malam tahun baru pun tetap  dirumah dan ngobrol-ngobrol sama saudara-saudara disana. Malam tahun baru itu, kami tidak merencanakan jalan-jalan, karena jum’at nya kami akan perjalanan ke Cilacap. Agenda Hari Jum’at tanggal 1 januari 2016 yaitu mengantar mas Tabah (anaknya kakaknya bu Edi) Lamaran ke Cilacap. Malam itu dirumah banyak saudara-saudara yang ngumpul dan mempersiapkan barang-barang untuk prosesi lamaran. Malam semakin malam kami pun istirahat.
Tanggal 1 Januari 2016
Happy New Year
He he
Pagi itu aku bangun jam 4 kurang dikit, pas azan Subuh, aku langsung ke tempat wudhu dan langsung ke masjid di desa itu, alkhamdulillah tidak terlalu jauh. Subuh berjamaah di masjid itu, aku lupa nama masjid disana lupa tidak aku foto, he he. O iya aku belum cerita ya mengenai kebudayaan religi disana. Nah, aku menemukan hal unik menarik disana. Di desa itu, yang sering solat berjamaah di masjid kebanyakan mbah-mbah, dan titik uniknya (bagi aku unik) yaitu pakean mbah-mbah itu semua hampir sama. Berpeci, baju koko putih,dan bersarung, plus memakai sorban yang melingkar dileher. Semua begitu cara berpakaian jamaah disana. Seperti pesantren gitu…. Salut deh mbah-mbah itu, (mr X : “pemudanya kemana ?”). sepengamatan saya disana, para pemuda jarang di desa itu, setelah tanya-tanya pak Edi, ternyata disana pemuda kebanyakan merantau ke Jakarta setelah lulus SMA. Makanya jarang banget pmudanya. Nah, setelah subuh, aku mandi dan ganti baju pakai batik, karena mau nganter lamaran. Lalu tak lupa packing karena akan bablas pulang ke Jogja. Setelah semua siap aku menuju mobil masukin barang-barang dan manasin mobil sebelum perjalanan jauh. Sekitar pukul 8, pak Kades, Pak Dukuh, keluarga terdekat datang ke rumah mas Tabah, dan kemudian memasuki mobil. Ada 4 mobil yang akan mengantarkan lamaran termasuk mobil aku (iya iya mobil bapak ku, bukan punyaku). Perjalanan ke Cilacap pun dimulai, emmmmmm lagi-lagi jalannya berlubang, dan ada genangan airnya. Sampai jalan raya Kebumen, barulah jalan halus mulus. Mobil kijang ini berada di urutan ke 2 agar bisa ngikutin jalan. Ternyata rumah yang akan dilamar daerahnya dekat pantai Ayah. Dekat banget. (pantai yang pernah aku kunjungi saat kelas 5 SD).
Sampai Di Lokasi Lamaran
Kami tiba di lokasi Lamaran pukul 11 an siang, dan prosesi lamaran pun di laksanakan karena keburu waktu jum’atan (karena hari itu hari Jum’at). Kemudian kami yang laki-laki menunaikan solat Jum’at terlebih dahulu. Barulah dilanjut prosesi lamaran. Didapat kesepakatan pernikahannya akan diselenggarakan besok Oktober 2016 (saat liburan sekolah). Seletah acara lamaran kemudian makan-makan. He he sudah lapar jadi maemnya lahab. Semua rangkaian acara sudah terlewati, rombongan pun pulang, tetapi sebelum pulang kami mampir di pantai Jetis dan gratis karena orangtuanya perempuan yang dilamar tadi itu kerjanya di pantai itu. Menurut pengamatan aku (maaf ya) pantainya kotor banget, karena banyak sampah dimana-mana dan pengelolaanya kurang baik. Kemudian kami akhiri kebersamaan saat itu dengan rombongan keluarga Banjarnegara, karena kami (mobil kami) tidak ke Banjarnegara lagi tetapi langsung pulang ke Jogja. Kami melewati jalan yang berbeda. Saat akan pulang, ternyata kami sempatkan ke pantai satunya yaitu pantai Ayah. Nah pantainya beda banget keadaanya dengan waktu kunjungan ku saat aku SD dulu. Lebih bagus sekarang. Kami naik kapal keliling pantai. He he itu sebenernya nuruti permintaan dek Afif dan dek Nada. Setelah puas kami pun melanjutkan perjalanan pulang ke Jogja.
Road from Tegalasri Bantul to Kandangwangi Wanadadi

Pulang Ke Jogja
Nah, giliranku focus lagi berkendara. Kami berangkat dari pantai Ayah sekitar jam 5 sore melewati jalan tembus (melewati gunung-gunung). Dan tembus di jalan Dendles. Sepanjang perjalanan pulang semua penumpang tidur. Pak edi tidur, ibuk juga tidur, dek Hanifah Nur’aini, dek Nada, Dek Afif juga tidur, mungkin kecapen kali ya,,, jalan yang kami lalui ini cukup bagus, berbeda saat dari banjar tadi. Kali ini aspalnya tidak banyak yang berlubang. Kemudian kami transit untuk solat dan makan. Sesampainya di daerah kulonprogo, ada ruas jalan yang banyak warganya, banyak orang berkerumun, ada ambulan, ada mobil Derek, aku pikir ada apa,. Ternyata ada kecelakaan disana, aku melihat mobil Avansa terguling dan ringsek bagian mobil samping dan depan. Aku merasa ngeri melihatnya dan membayangkan keadaan orang didalam mobil itu, langsung saja kami Melanjutkan perjalanan dan tiba di jogja sekitar jam setengah 11 malam. Tiba dirumah pak Edi dan kami langsung menurunkan barang-barang. Alkhamdulillah …. Aku panjatkan pada Allah SWT, karena diberi keselamatan sampai balik lagi. Kemudian aku pamit pulang, walau sudah malam aku tetap niat pulang ke Wonosari. Padahal disediakan kamar di rumah pak Edi suruh nginep. Tetapi aku tidak enak, kalau nginep disana. Karena pak Edi punya anak perempuan (ya gadis gitu) umurnya selisih 2 tahun sama aku ( 2 tahun lebih muda), itu dek Hani itu, yaa jadi aku tidak enak aja. Jadi aku pamit pulang, ngeeeeeeng cusss wonosari. 1 jam kemudian sampai rumah.
SAmpai Rumah
Saat sampai rumah, aku tau bapak ibuk ku sudah tidur dan tidak tega membangunkan mereka, jadi 100 meter sebelum sampai garasi mobil, aku matikan mesin agar tidak berisik, jadi ngeglinding gitu, karena kebetulan jalannya turun. Lalu masuk deh ke garasi dengan aman dan tidak berisik. Aku buka semua jendela mobil, aku lurusin jog mobil dan tidur deh di dalam mobil sampai pagi.

Itu cerita ku gaes
Asyik kan jalan-jalan jauh, walau tidak ada saudara di kota tujuan
Bismillah semoga silaturahmi dengan keluarga pak Edi tetap tersambung, amiiin….



Yuk jalan-jalan bersama aku
Hubungi :
IG : Gunawanbudi_utomo
BBM : d26603bf
WA : 087738119247
FB : Gunawan Budi

No comments:

Post a Comment