gunawan budi utomo |
NAMA : GUNAWAN BUDI UTOMO
KELAS : B
NIM : 12006096
PRODI : PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEMESTER : 1
MATA KULIAH : BAHASA INDONESIA
Anak x Televisi = ?
Apakah
anda sudah memiliki anak? atau dirumah anda terdapat anak-anak? Peluang jawaban
dari pertanyaan tersebut bisa jadi anda sudah memiliki anak dan atau di rumah
anda terdapat anak-anak. Membicarakan tentang anak-anak, seperti keseharian
anak-anak, kebiasaan anak-anak dan juga perilaku anak-anak tentu tidak ada
habisnya. Sangat asyik membicarakan soal anak. Oleh karena itu saya mengambil
tema tentang anak-anak, dan itulah yang akan saya sampaikan dalam artikel ini. Lalu
mengapa artikel ini saya beri judul ( Anak x televisi = ? ) ? yang pertama,
karena saya ingin memadukan Bahasa Indonesia dan Matematika agar keduanya lebih
akrab dan bersahabat, dengan cara menyelipkan symbol yang ada diMatematika ke dalam
artikel ini. Seperti symbol “perkalian” ( x ) dan symbol “samadengan” ( = ). Alasan
yang kedua, karena anak-anak yang ada dimanapun sangat suka dan gemar menonton televisi
sehingga menarik untuk diangkat menjadi sebuah artikel. Kemudian alasan yang
ketiga, sesuai dengan judul tersebut yaitu anak dikalikan televisi samadengan
tanda tanya, bisa difilosofikan saat anak-anak sedang menonton televisi. Dimana
dia akan memproses apa saja yang dia tonton ditelevisi tersebut, kemudian efek
dan dampaknya setelah dia menonton televisi bisa saja positif dan juga bisa
saja negative. Maka hasil akhirnya setelah menonton televisi samadengan “tanda Tanya”
( = ? ). Karena efek dan dampaknya masih tanda tanya, sehingga tidak kalah menarik untuk kita bahas dalam artikel ini.
Selanjutnya
marilah kita masuk ke intinya, tetapi sebelum kita membahas anak dan menonton
televisi, tidak ada salahnya apabila kita mengenal terlebih dahulu tentang
televisi. Dalam Wikipedia Indonesia, televisi atau juga disebut pesawat
televisi merupakan sebuah media
telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai
penerima siaran gambar bergerak beserta suaranya, baik itu yang monokrom
(hitam-putih) maupun berwarna.
Sejak kemunculannya, televisi diibaratkan seperti munculnya roda, yang mana sangat
berpengaruh dalam merubah peradaban dunia.
Kita
sangat bersyukur dengan adanya televise dan acara-acara yang ditayangkannya. Karena
kita dapat melihat situasi dan kondisi juga informasi di belahan bumi yang
lain. Tidak hanya kita sebagai orang dewasa saja yang senang dengan adanya
televisi, anak-anak pun juga senang dengan adanya televisi karena mereka sangat
gemar menonton tayangan yang ada ditelevis. Televis tidak memandang umur
ataupun usia, salah satu buktinya adalah orang dewasa suka menonton tayangan
berita dan sinetron, dan anak-anak suka menonton tayangan kartun dan film
animasi. Jika orang dewasa menonton televisi maka mereka bisa mengontrol apa
yang mereka tonton dan bisa mengontrol waktu saat mereka menonton televisi.
Karena mereka lebih bisa berfikir tentang apa yang mereka tonton dan untuk apa
mereka mmenonton itu. Tetapi bagaimana jika yang sedang menonton itu adalah
anak-anak? Apakah anak-anak bisa mengontrol dan bisa ingat waktu seperti orang
dewasa? Jawabannya adalah anak-anak belum tentu bisa seperti orang dewasa untuk
mengontrol dan ingat waktu disaat menonton televisi.
Anak-anak
adalah usia dimana masa perkembangan fisik, perkembangan pola pikir dan
perkembangan jiwa berlangsung. Anak-anak adalah usia dimana hal yang dipikirkan
hanyalah kesenangan dan hiburan. Masa itulah anak-anak membutuhkan kegiatan
yang aktif dan interaktif dalam kesehariaannya. Keaktifan anak-anak bisa
dilakukan dengan cara bermain bola atau olah raga, bermain dengan alam sekitar
dan juga membantu orang tua. Interaktifnya pun bisa didapat melalui interaksi
dengan makhluk hidup di sekitarnya. Bisa dengan memberi makan hewan, menyirami
tumbuh-tumbuhan dan bisa juga dengan merawat bunga yang sedang bermekaran. Kegiatan-kegiatan
tersebut secara tidak langsung tidak disadari oleh anak-anak akan tujuannya,
karena anak-anak hanya merasa senang dan terhibur. Oleh karena itu, anak-anak
belum bisa memberikan respon seperti orang dewasa dalam segala hal tidak
terkecuali disaat mereka sedang menonton tayangan televisi dan juga disaat mereka
selesai menonton televisi. Dalam kesehariannya, anak-anak jaman sekarang
cenderung lebih banyak melakukan aktivitas di depan layar televisi. Dari
menonton film, makan sambil menonton kartun, bahkan juga belajar pun dibarengi
dengan menonton sinetron. Jika berlebihan menonton televisi maka akan berdampak
buruk bagi perkembangan anak yang sedang menonton televisi tersebut.
Televise
itu sendiri memiliki beragam dampak bagi si penonton tak terkecuali bagi
anak-anak. Bisa dampak positive dan bisa saja berdampak negative. Dampak
positive dari menonton televise bagi anak-anak diantaranya adalah menambah
wawasan dan pengetahuan. Contohnya distasiun televise nasional TVRI kita bisa mengajak anak kita untuk
menonton tayangan edukatif. Seperti berhitung, menghafal huruf, mengenal
kebudayaan bangsa dan ada juga di chanel tersebut acara bimbingan yang mana
memandu anak-anak untuk mengerjakan soal pelajaran. Dampak positif yang lainnya
yaitu anak akan mendapatkan hiburan dan inspirasi. Dengan menonton televisi
anak bisa mendapatkan hiburan seperti tayangan kartun yang disukai. Selain itu,
anak-anak juga bisa mendapatkan inspirasi misalnya inspirasi bercita-cita
seperti tokoh dalam kartun yang disukai. Misalnya bercita-cita menjadi dokter
karna ada tokoh kartun idola yang berperan menjadi seorang dokter. Bagaikan dua
sisi mata uang, televisi pun juga memiliki dampak negative, seperti timbulnya
kekerasan pada anak-anak. Itu bisa terjadi setelah anak-anak menonton tayangan
yang berbau kekerasan. Tidak hanya di film atau sinetron saja yang terdapat
kekerasan, di dalam film kartun pun juga terdapat adegan kekerasan. Seperti
saat tokoh kartu sedang berperang melawan musuh yang jahat. Contohnya kartun
naruto dan avatar yang sering menayangkan kekerasan dalam peperangan melawan
musuh. Dampak negative yang lain seperti anak menjadi malas untuk beraktivitas,
karena hanya diam menonton tayangan kartun tanpa adanya interaksi. Hal tersebut
akan berakibat anak menjadi lupa waktu dan kurang bersosialisasi dengan alam
sekitarnya. Padahal masa anak-anak membutuhkan keaktifan dan interaktif. Dampak
negative itu akan menjadi lebih parah disaat hari minggu, dimana kebanyakan
stasiun televise menayangkan film animasi atau kartun dari pagi sampai sore
hari.
Kita
sebagai orang dewasa atau orang tua sebaiknya lebih bijak dan arif untuk selalu
mengontrol anak-anak kita dan mengarahkan kepada hal-hal yang bermanfaat disaat
menonton televisi tersebut. Disamping itu kita juga harus menanamkan
nilai-nilai moral dan budi pekerti luhur kepada anak kita. Hal itu dapat kita
lakukan misalnya dengan cara mendampingi anak disaat menonton televisi, bisa
juga dilakukan dengan mengajarkan anak untuk ikut mengelompokkan
tayangan-tayangan yang mereka sukai menjadi kelompok “Perlu ditonton“ (P),
“Boleh ditonton“ (B), dan “Tidak bermanfaat ditonton“ (TB). Kita juga harus
memberikan pengarahan dan pengertian kepada anak kita apa yang sedang terjadi
dalam tayangan televisi tersebut agar si anak tidak salah mengartikan tayangan itu.
Dan apabila kita menemukan tayangan yang tidak pantas untuk ditonton, kita bisa
melakukan pengaduan ke lembaga yang berwenang menangani hal tersebut atau bisa
juga dengan sms pengaduan.
Gunawan Budi Utomo |
No comments:
Post a Comment