Subscribe:

Ads 468x60px

Friday 21 June 2013

Cinta Eros, Cinta Ludus, Sibling rivalry, Disleksia

TUGAS MATAKULIAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Universitas Ahmad Dahlan


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2013



Nama              : Gunawan Budi Utomo
Kelas              :  B
NIM                : 12006096
Tugas              : PPD
Cinta Eros

1.      Cinta Eros
Pernah dengar kan nama dewa Yunani bernama Eros? Konon, kerjanya membagi-bagikan bunga-bunga cinta pada manusia. Nah, teorinya menyebutkan bahwa Eros adalah jenis cinta berwujud fisikal, romantis, dan erotis. Para penganut cinta erotis ini percaya pada cinta pada pandangan pertama. Karenanya, mereka amat tertarik pada daya tarik fisik. Dalam hubungan asmara, penganut cinta Eros sangat menganggap penting ciuman dan pelukan. Mereka juga sangat sensual dan menjiwai permainan cinta.

2.      Cinta Ludus
Nama ini merujuk pada jenis cinta yang penuh dengan permainan, godaan, dan cumbu rayu yang tak habis-habis. Penganut Ludus biasanya tidak pernah serius bercinta. Kalau hubungan dirasa terlalu mengikat atau intens, mereka mendingan kabur. Contoh simpelnya adalah Casanova, si pangeran playboy yang tak ada duanya (tapi juga yang paling seksi). Baginya, cinta cuma permainan kejar mengejar. Jadi, kalau Anda ternyata bosan dengan orang yang sudah 'menyerah' (setelah Anda kerja tanpa kenal lelah), bisa jadi Anda juga termasuk orang-orang Ludic alisa penganut Ludus.

3.      Sibling rivalry
adalah satu jenis kompetisi atau kebencian antara saudara kandung, apakah berhubungan darah atau tidak. Saudara kandung umumnya lebih menghabiskan waktu bersama-sama selama masa anak-anak dibandingkan dengan mereka lakukan bersama orang tuanya. The sibling bond adalah sering silang selimpat dan dipengaruhi oleh faktor seperti parental perlakuan, order kelahiran, kepribadian, orang sekitar dan pengalaman keluarga. Sesuai dengan anak Sylvia Rimm ahli jiwa, terjadi  persaingan saudara kandung terutama anak-anak, sangat berakibat pada lebih singkatnya umur dibandingkan dengan genus yang sama, atau dimana anak seseorang dengan beralasan berbakat.


4.      Sindrom Down
merupakan kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21 pada berkas q22 gen SLC5A3, yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan mongolisme. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini dengan istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.

5.      Sindrom Klinefelter
adalah kelainan genetik pada laki-laki yang diakibatkan oleh kelebihan kromosom X. Laki-laki normal memiliki kromosom seks berupa XY, namun penderita sindrom klinefelter umumnya memiliki kromosom seks XXY. Penderita sindrom klinefelter akan mengalami infertilitas, keterbelakangan mental, dan gangguan perkembangan ciri-ciri fisik yang diantaranya berupa ginekomastia (perbesaran kelenjar susu dan berefek pada perbesaran payudara), dll.

6.      Sindrom Turner
(disebut juga sindrom Ullrich-Turner, sindrom Bonnevie-Ullrich, sindrom XO, atau monosomi X) adalah suatu kelainan genetik pada wanita karena kehilangan satu kromosom X. Wanita normal memiliki kromosom seks XX dengan jumlah total kromosom sebanyak 46, namun pada penderita sindrom Turner hanya memiliki kromosom seks XO dan total kromosom 45. Hal ini terjadi karena satu kromosom hilang atau nondisjunction saat atau selama gametogenesis (pembentukan gamet) atau pun pada tahap awal pembelahan zigot.

7.      Disleksia
(Inggris: dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidak mampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Kata disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- ("kesulitan untuk") dan λέξις lexis ("huruf" atau "leksikal"). Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa.

8.      Neurosis
sering disebut juga psikoneurosis, adalah istilah umum yang merujuk pada ketidakseimbangan mental yang menyebabkan stress, tapi tidak seperti psikosis atau kelainan kepribadian, neurosis tidak memengaruhi pemikiran rasional. Konsep neurosis berhubungan dengan bidang psikoanalisis, suatu aliran pemikiran dalam psikologi atau psikiatri.


9.      Skizoid
adalah gangguan kepribadian ganjil atau eksentrik yang memiliki ciri / pola melepaskan diri dari hubungan sosial dan ekspresi emosi yang terbatas. Salah satu cirinya yaitu Pola pelepasan diri dari hubungan sosial dan ragam ekspresi emosi yang terbatas, yang dimulai pada masa dewasa awal.

10.  Schizophrenia
adalah suatu kekacauan karakter yang ditandai oleh suatu uraian proses berpikir dan dengan satu defisit dengan tanggapan emosional yang khas. Gejala umum meliputi halusinasi pendengaran, delusi gila ketakutan atau aneh, atau suara kacau dan pemikiran, dan ini ditemani oleh kemasyarakatan berpengaruh nyata atau kelainan fungsi tubuh bersifat jabatan. Serangan dari gejala secara khas terjadi di kedewasaan muda, dengan satu kelaziman seumur hidup global dari sekitar 0.3–0.7%. Diagnose adalah berlandaskan perilaku diamati dan sabar pengalaman terkabar.

11.  Impairment
Impairment adalah suatu kelainan pada diri seseorang orang, dimana seseorang orang yang mengidap kelainan itu kehilangan anggota badan/tubuhnya atau bisa juga ada anggota badan yang tidak berfungsi dengan semestinya. Contohnya seperti orang yang cacat fisik.

12.  Disability
adalah konsekwensi dari satu perusakan yang mungkin berupa fisik, teori, mental, perasaan, emosional, pengembangan, atau beberapa kombinasi dari itu. disability bisa mungkin terjadi dari/sejak kelahiran, atau terjadi selama seseorang seumur hidup.

13.  Handicapped
adalah secara luas terpakai di kedua hukum (law) dan setiap hari suara itu untuk menunjuk ke orang-orang yang mempunyai fisik atau penyandang cacat mental, itu juga dapat disebut dengan kecenderungan kata untuk lebih suka lumpuh ekspresi atau orang-orang dengan penyandang cacat.

14.  Fiksasi
Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrem seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya. Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya

15.  Disfasia
adalah gangguan perkembangan bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan kemampuan anak seharusnya. Ciri-cirinya adalah pada usia 1 tahun belum bisa mengucapkan kata spontan yang bermakna, seperti mama, papa.· Kemampuan bicara reseptif (menangkap pembicaraan orang lain) sudah baik tapi kemampuan biacara ekspresif (menyampaikan suatu maksud) mengalami keterlambatan.· Karena organ bicara sama dengan organ untuk makan, maka biasanya anak ini mempunyai masalah dengan makan atau menyedot susu dari botol.


16.  Autis
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang yaitu interaksi sosial, komunikasi (bahasa dan bicara), perilaku-emosi, pola bermain, gangguan sensorik dan motorik perkembangan terlambat atau tidak normal. Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.

17.  Doubt
suatu status di antara kepercayaan dan kesangsian (ragu), melibatkan ketidak-pastian atau curiga atau juga kekurangan dari kepastian dari suatu fakta, suatu aksi, suatu alasan, atau suatu keputusan. Keraguan membawakan ke dalam pertanyaan beberapa dugaan dari satu perasa "hakikat", dan mungkin melibatkan penundaan atau menolak aksi relevan terbongkar dari memprihatin untuk salah memengira atau kesalahan atau kepantasan. Beberapa definisi dari keraguan menekankan status dimana memenjarakan di antara dua dalil berlawanan dan yang tidak dapat di persetujui untuk yang manapun (bandingkan paradoks).

18.  Hiperaktif
Secara psikologi, hiperaktif diartikan sebagai tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan oleh gangguan fungsi neurologia yang ditandai dengan sulitnya anak untuk memusatkan perhatian. Definisi yang lain, hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsive (bertindak sekehendak hatinya).

19.  Indigo
Anak indigo atau anak nila (bahasa Inggris: Indigo children) adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan anak yang diyakini memiliki kemampuan atau sifat yang spesial, tidak biasa, dan bahkan supranatural. Konsep ini merupakan ilmu semu yang didasarkan dari gagasan Zaman Baru pada tahun 1970-an. Konsep ini mulai terkenal setelah diterbitkannya beberapa buku pada akhir tahun 1990-an dan dirilisnya beberapa film satu dasawarsa kemudian. Interpretasi mengenai indigo ada bermacam-macam: dari yang meyakini bahwa mereka adalah tahap evolusi manusia selanjutnya (yang bahkan mempunyai kemampuan paranormal seperti telepati) hingga yang menyebut anak indigo sebagai orang yang lebih empatik dan kreatif.

20.  Fobia
Fobia (gangguan anxietas fobik) adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap Fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya. Ada perbedaan "bahasa" antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa.


No comments:

Post a Comment